UAS hari ini adalah Bahasa Inggris dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
KACAU! Kaset soal-soal listening makin gak jelas suaranya percakapannya. Terlalu cepat. Dikira telinga ini tak pusing mendengarnya kali ya.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak terlalu sulit. Mungkin karena soal-soalnya cuma dari dua bab; Peranan Pers dalam Masyarakat Demokratis dan Dampak Globalisasi. Kalau bab Dampak Globalisasi sih udah ada di pelajaran Sosiologi. Jadi gak terlalu sulit.
Oiya, jaket Darto udah ketemu. Ternyata dipengang Akew. Dasar...
Hari ini gue nekat. Gue berani(in) datang ke rumah Ivan hanya untuk memberikan kado. Gue gak berniat bertemu face to face sama Ivan. Gue hanya berniat memberikan kado. Karena gue bakal nyesel setengah mampus kalau gak ngasih tuh kado.
Gue kadang-kadang gak habis fikir dengan jalan pikiran dan hati gue ini. Dilain sisi gue enggan untuk berbuat karena merasa akan membuang-buang waktu. Tapi disisi yang lain gue ngerasa gue harus berbuat. Karena kalau tidak gue akan menyesal seumur hidup.
Gue heran. Kenapa gue bisa punya niatan yang sangat besar hanya untuk seorang Ivan, lelaki yang sudah ada 9 tahun didalam hati gue ini, ya?
Suka? Cinta?
Padahal gue sudah berusaha untuk melupakannya. Tapi sulit rasanya.
Seperti orang bodoh yang tak tahu jalan pulang. Kenapa tidak bertanya kepada orang-orang yang berada di sekitarmu saat itu?
Bodoh.
Van, bisa gak kita tukeran posisi? Gue mau tahu gimana rasanya dicintai seseorang sampai segitunya padahal udah ditolak. Gue mau ngerasain apa yang lo rasain ketika seseorang perempuan dengan nekatnya datang ke rumah lo hanya untuk memberikan kado. Gue mau tahu dan mau ngerasain semua hal-hal itu.
"Gue rasa lo bukan suka sama Ivan. Tapi cinta. Cinta mati malah."
Kata-kata Annisa, teman gue yang (gue paksa) nganterin gue ke rumah Ivan, mungkin ada benarnya. Ya, mungkin cinta ini sudah membutakan mata, hati, dan tubuh ini.
UPDATE 17.30 WIB
Ivan kirim message ke gue via Facebook! Kyaaaa!!!
Gue bales aja gini:
Sekarang, apa gue masih boleh 'berharap'?
@theaarbar