Siang itu sama seperti siang-siang pada hari-hari sebelumnya.
Saya diam di kamar. Menghembuskan nafas malas sembari terlentang di atas ranjang. Saya tinggalkan laptop yang menyala, menampilkan pekerjaan-pekerjaan yang belum usai dikerjakan.
"Oh, sudah lebih dari 10 minggu," gumam saya.
Mungkin ini aneh, tapi saya rindu hiruk pikuk Jakarta. Sepuluh minggu lalu, mungkin ini hal yang paling saya benci.
Sudah lebih dari 10 minggu saya 'terkurung' di rumah akibat pandemi COVID-19.
Saya yang bekerja sebagai jurnalis hampir mengalami mental breakdown karena saban hari harus menulis berita up to date mengenai penyakit ini.
Tapi makin lama saya makin bodo amat.
Jujur, sebelum memasuki fase bodo amat, saya bisa mual-mual saat nulis berita mengenai COVID ini. Rasanya pusing, merasa hidup akan berakhir. Pemikiran itu terus ada menghantui hingga saya merasa kebal sendiri.
Nggak tahu deh bakal seperti apa ke depannya. Saya tetiba rindu isu yang mengatakan pandemi virus ini akan berakhir setelah dua minggu lockdown di rumah masing-masing. Kalau dipikir-pikir, ini agak bullshit ya, tapi ya sudahlah.
Life must go on ceunah! 😁