Setiap tahun, tepatnya setiap tanggal 22 Desember, saya selalu menjadi seorang pengecut karena tidak pernah bisa mengucapkan terima kasih saya kepada Mamak secara langsung. Saya menjadi seorang pengecut karena selalu mengucapkan terima kasih saya kepada Mamak lewat layanan pesan singkat.
Namun bisa dibilang saya beruntung karena Mamak tahu betul bahwa anak ketiganya ini tidak mudah mengatakan hal-hal seperti itu dengan entengnya. Saya ini cengeng, maka pastilah saya akan menangis kalau mengucapkannya secara langsung (saat mengetik postingan ini pun, saya sedang menahan air mata) dan sejujurnya saya tidak mau melihat Mamak menangis, maka dari itu saya tidak mau mengucapkannya secara langsung.
Saya tahu Mamak berkerja keras hanya untuk membahagiakan kami. Saya tahu Mamak banyak menangis karena kami. Saya tahu Mamak sempat mengalami banyak hal sulit. Saya tahu Mamak tidak pandai memasak. Saya tahu Mamak senang berbelanja. Saya tahu itu semua, karena itu tolong maafkan saya karena saya sering membuat Mamak kesal, membuat Mamak kecewa, bahkan membuat Mamak menangis. Sejujurnya bisa dikatakan saya adalah anak yang tidak tahu diuntung karena jarang membuat Mamak bahagia. Maafkan saya. Sekali lagi maafkan saya.
Selamat Hari Ibu, Mamak. Terima kasih telah menjadi ibu terbaik yang pernah saya miliki. Terima kasih untuk semua hal yang telah Mamak berikan kepada saya. Thank you and I love you, Mak.
Mamak and me. |