Aku terbangun dari tidurku yang melelahkan dipelukan seorang pria berkulit sawo matang yang tingginya sekitar 175cm.
Aku melihat sekeliling. Tampak pemandangan yang selalu kulihat setiap hari; kamarku yang berantakan dan penuh dengan bau buku-buku lama serta debu-debu tipisnya.
Lalu mengapa ada pria yang tidur disampingku, memelukku dengan wajahnya yang tenang dan nyaman? Setahuku, aku tidak memiliki kekasih ataupun crush yang sedang aku perhatikan. Setahuku, beberapa jam yang lalu aku sendiri. Literally sendiri.
Apakah aku melakukan one night stand?
Tapi kalaupun ternyata pria ini adalah pasangan one night stand, kenapa harus melakukannya di kamarku, melakukannya di kamarku di rumah orang tuaku?!
Ah tapi melihat lengkapnya pakaian yang aku dan pria itu kenakan, kemungkinan besar kami tidak melakukan apa-apa. Aku menghela nafas. Syukurlah.
Aku terbangun, perlahan melepaskan pelukan hangat pria itu, lalu berjalan ke luar kamar. Aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi, kemudian melihat pintu kamar orang tuaku yang tertutup rapat, terkunci. Aku menghela nafas kembali, lega mengetahui kedua orang tuaku sudah berangkat kerja.
Aku kembali masuk ke dalam kamar dan berbaring di samping pria itu, memperhatikan baik-baik wajahnya yang bisa dibilang sempurna; alis tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, dan bibir merona merah natural.
Aku bertanya dalam hati, bagaimana bisa pria dengan fisik sempurna sepertinya tidur di sampingku?
Sejujurnya aku bukanlah tipe wanita bagi pria sepertinya. Aku tahu karena aku sering ditolak oleh pria sepertinya.
Terlalu banyak berpikir, aku tertidur kembali di samping pria ini.
Aku terbangun. Pria itu tidak ada. Ah, benar kan! Tadi hanya mimpi belaka.
Aku keluar dari kamar, menuju lemari es. Saat akan menenggak susu stoberi kesukaanku, dua lengan memelukku dari belakang. Nafas indah terdengar di telingaku.
"Sarapannya sudah siap," kata pria itu.
Aku hanya mengangguk pelan dan mengikuti pria itu ke halaman belakang. Di halaman belakang terdapat ibu, ayah, kakak, abang, serta kedua kakak ipar dan keponakanku. Mereka menyambutku dan pria ini dengan suka cita.
Ada apa ini?
Siapa pria ini?
Saat itu saya terbangun dari mimpi absurd ini -tanpa mengetahui dengan jelas siapa pria yang ada di mimpi saya barusan. Ah...
Aku terbangun. Pria itu tidak ada. Ah, benar kan! Tadi hanya mimpi belaka.
Aku keluar dari kamar, menuju lemari es. Saat akan menenggak susu stoberi kesukaanku, dua lengan memelukku dari belakang. Nafas indah terdengar di telingaku.
"Sarapannya sudah siap," kata pria itu.
Aku hanya mengangguk pelan dan mengikuti pria itu ke halaman belakang. Di halaman belakang terdapat ibu, ayah, kakak, abang, serta kedua kakak ipar dan keponakanku. Mereka menyambutku dan pria ini dengan suka cita.
Ada apa ini?
Siapa pria ini?
Saat itu saya terbangun dari mimpi absurd ini -tanpa mengetahui dengan jelas siapa pria yang ada di mimpi saya barusan. Ah...