Tuesday, April 25, 2017

Updating Life

Biasanya saya langsung pulang ke rumah setelah selesai kelas selasa sesi 1, tapi mengingat setelah makan siang akan ada bimbingan dengan dosen pembimbing skripsi, saya urungkan niat tersebut.

Sebagai mahasiswa tahun akhir, tempat tongkrongan yang masih welcome dengan saya dan mahasiswa tahun akhir lainnya hanya sekretariat UKM AuviPro. Sekretariat biasanya ramai oleh abang-abangan (baca: senior) pada hari sabtu.

Namun semenjak ruang sekretariat itu selalu bocor saat hujan, anggota UKM AuviPro angkatan 13 tidak pernah terlihat batang hidungnya. Ada beberapa anggota yang sering terlihat itupun hanya untuk numpang ngecharger smartphone, sekedar tiduran atau makan/minum yang kemudian sampah makanan dan minumannya gak dibuang ke tempat sampah, digletakin gitu aja yang akhirnya disemutin. Kejadian tadi siang nih kayak gini.

Sebagai anggota UKM AuviPro angkatan 11, saya agak geram dengan kelakuan mereka. Karena dapat ruang sekretariat itu tidak mudah. Para senior UKM AuviPro sempat rebutan ruangan dengan UKM dan HIMA lain, yang akhirnya kami harus mengalah dan dapat satu ruang yang dibagi dua dengan HIMA HI (yang beberapa anggota barunya intolerant dan berisik bukan main!).

Sekarang ruang sekretariat itu disia-siakan dan jarang dirawat oleh mereka.

Ah, oke, back to the topic.

Pergi lah saya ke sekretariat. Sudah ada kawan saya, Amel, mahasiswa jurnalistik 2011 yang sampai duluan di sana sedang mendengarkan siaran radio. Siang itu, sekretariat sebelah sepi. Di sekretariat kami hanya ada saya dan Amel. Kami berdua ngobrol dari pukul 10.00 sampai menjelang waktu makan siang.

Saat makan siang, kami pergi makan di Teh Nia. Setelah makan, saya dapat kabar dosen pembimbing skripsi saya sedang tidak mau bimbingan karena tak enak badan. Maklum, dosen pembimbing saya sudah tua, umurnya 70 tahun ke atas.

Tadinya saya dan Amel mau langsung pulang saja, toh sudah gak ada kelas atau dosen yang ditunggu. Tapi siang itu merupakan siang dengan obrolan yang paling intens yang pernah kami lakukan.

Sebelum makan siang, topik yang dibicarakan adalah project film Koper yang tak kunjung digarap karena stuck di teman kami, si penulis skenario dan sutradara. Kita hanya nungguin kerjaan dia itu, tapi sampai sekarang tak kunjung selesai. Setelah makan siang, topik yang kami bicarakan adalah mengenai masalah di dalam keluarga masing-masing, karma baik dan buruk, dan bagaimana roda kehidupan berputar. Kita juga membicarakan bagaimana orang lain memperlakukan kita.

Orang tua kami, terutama para ibu, ternyata sama-sama terlalu baik dengan orang lain. Ini yang sebenarnya bikin miris. Ada banyak orang di sekitar kami (termasuk keluarga besar) yang memanfaatkan kebaikan para ibu kami. Ada yang mulutnya manis bak gula, tapi di belakang nyinyirin alias bermuka dua. Ada yang ngemis minta ini-itu, padahal mereka mampu beli tapi mereka terlalu pelit kepada diri sendiri. Ada yang iri tapi selalu nempel biar kecipratan kalau para ibu ini sedang dapat rejeki.

Waduh, kalau dijabarin mah banyak banget. Tetapi beruntung karena ada satu moment dimana kedua ibu kami melihat dengan jelas bagaimana kelakuan orang-orang di sekitarnya, entah yang bermuka dua, yang gak mau rugi atau yang iri. Akhirnya mereka, para ibu ini, jadi lebih aware dengan orang-orang seperti itu, biar tidak dirugikan seperti dulu. Alhamdulillah.

Oiya, ibunya Amel dan ibu saya tidak mengenal satu sama lain ya. Walaupun tak mengenal satu sama lain, mereka memiliki kesamaan, yaitu mereka merupakan working mom, dan mereka terlalu baik atau terlalu royal kepada orang yang salah.

Menurut saya, obrolan tadi siang cukup membuka pikiran kami. Ternyata setiap individu melewati fase permasalahan yang bisa dibilang cukup sama. Ada dimana saya dan Amel dinyinyirin dan difitnah oleh beberapa oknum tetangga karena kami sebagai perempuan, kami selalu pulang larut malam.

Entah apa yang ada dipikiran oknum tetangga yang suka nyinyir. Yah, cuma dia dan Tuhan yang tau. Well, pada dasarnya kami tipe manusia yang masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri alias masa bodo, kami tak ambil pusing sih. Toh ini hidup kami yang jalani sendiri, dan bukan mereka yang membiayai.

Saturday, April 15, 2017

Uncertain: Combination of Loneliness and Insecure

Akhir-akhir ini, perasaan risau, gundah, tidak tenang berkembang biak bak penyakit di tubuh saya. Saya termasuk orang yang mudah stres. Akibatnya saya bisa menangis tiba-tiba, atau berbicara sendiri sampai tertidur.

Kemudian saya Googling mengenai gejala ini. Hasilnya seperti yang saya duga sebelumnya, saya termasuk orang yang kesepian dan mudah cemas.

Seperti yang dikutip dari situs ini, saya termasuk orang yang sulit tidur tetapi sekalinya bisa tidur, saya seperti mayat alias tidak bangun-bangun. Pernah saya tidur 24 jam lamanya. Lalu saya termasuk orang yang paling lama mandinya. Mandi paling cepat 25 menit, durasi mandi terlama 35 menit hingga 1 jam. Jangan tanya ngapain saja saya di kamar mandi ya.

Kedua orang tua dan seluruh keluarga besar saya mengetahui dua hal ini, tetapi mereka tidak tahu alasan jelas dibalik saya melakukan hal itu. Saya pun awalnya tidak mengetahui alasan dibalik itu. Setelah saya telusuri, saya melakukan hal itu karena (tanpa sadar) saya mengetahui betul bahwa tidak ada orang lain yang 'menunggu' saya. Literally.

Poin penting lainnya adalah saya selalu sendiri. Kemana pun atau melakukan apapun selalu sendiri, entah itu saat belanja, makan, maupun nonton di bioskop. Saya pikir ini adalah hal yang menjadikan saya perempuan independen, tetapi nyatanya tidak. Ini menyedihkan.

Kebiasaan sendiri ini sudah mendarah daging. Maka dari itu, ketika tidak mood keluar untuk belanja atau makan, saya akan berbelanja online dan memesan makanan melalui ojeg online. Rasanya seperti meminimalisir kontak dengan dunia luar, dan sejujurnya hal ini membuat saya nyaman. 

Hakikatnya manusia itu makhluk sosial, tetapi sepertinya saya setengahnya dari manusia. Saya 80% introvert dan 20% extrovert.

Saya bersosialisasi jika ada perlunya saja, seperti ketika ada pekerjaan atau project. Jika tak ada, saya kembali sendiri. Tetapi di sisi lain, saya termasuk orang yang mudah bergaul dan terbuka kepada siapa pun. Namun semua itu tak membuat rasa kesepian dan cemas dalam diri saya pudar begitu saja. Rasanya seperti kesepian dalam keramaian.

Menurut Wikipedia, Loneliness is an unpleasant feeling in which a person experiences a strong sense of emptiness and solitude resulting from inadequate levels of social relationships. However, it is a subjective experience. Loneliness has also been described as social pain - a psychological mechanism meant to alert an individual of undesired isolation and motivate her/him to seek social connections.

Kesepian adalah pengalaman subjektif seseorang, dan beginilah pengalaman saya. I hope this isn't lasting too long, karena saya capek merasa kesepian dan cemas sendiri, tanpa sebab yang pasti.

PS: Saat menulis postingan ini, saya mendapat kabar duka. Tante kami tercinta meninggal dunia pada 14 April 2017 pukul 20:50 WIB. Tante, maaf saya tidak sempat menengoki tante sebelumnya. Saya lega tante sudah tidak perlu merasakan sakit lagi dan saya yakin tante sudah tenang di tempat terbaik di sisiNya, dan terima kasih telah melahirkan kedua anak yang hebat. Dari kedua anak tante, saya belajar mengenai banyak hal. Mereka sepupu terbaik yang pernah saya miliki. Terima kasih dan selamat jalan, tante.

Wednesday, April 5, 2017

Half the World Away

Aku duduk di kursi di belakangnya tanpa suara.

Dia masih sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tak sadar aku berada di ruangan yang sama dengannya, menghirup udara yang sama dengannya.

Punggungnya membelakangiku. Kami diselimuti keheningan yang fana selama beberapa saat. Keheningan itu membawaku pada suara yang (sebetulnya) tak ingin aku ucapkan.

"Sedang apa?"

Pertanyaan bodoh itu terlontar begitu saja. Seharusnya aku tak perlu bertanya, karena apa yang sedang ia lakukan terlihat jelas di depanku.

Tanpa berhenti mengerjakan pekerjaanya ataupun menengok ke arahku, ia menjawab pertanyaanku. Pertanyaan bodoh dariku itu kemudian merembet ke percakapan lainnya. Ya, kami berbincang dengan intim, seperti biasanya.

Kemudian keheningan itu datang kembali. Sesungguhnya aku tak perduli dengan keheningan ini. Kami tak perlu berbincang. Aku cukup melihatnya saja sudah bahagia.

Saat aku sedang asyik memperhatikannya dari belakang, ia beranjak berdiri dan mulai bersiap-siap pergi.

"Mau kemana?"

Tanyaku penasaran. Dia menatapku dengan senyuman, dan kembali bersiap-siap.

I would like to leave this city
This old town don't smell too pretty
And I can feel the warning signs running around my mind

Tiba-tiba dia bersenandung dengan lirik dari lagu favoritku.

Aku menatapnya dengan terkejut, tetapi ia membalas tatapanku dengan senyuman.

Sungguh, rasanya ingin kucium bibir yang selalu tersenyum kepadaku itu. Tapi hal itu tak bisa kulakukan mengingat kami bukanlah pasangan kekasih. Kami hanya teman dekat yang tak bisa merubah status tersebut. Dan ya, aku menyukainya.

Aku memperhatiakan setiap gerakannya saat sedang bersiap untuk pergi dari ruangan tersebut. Setelah ia siap, ia menatapku seperti sedang memberikan instruksi. Seperti paham apa yang ia katakan lewat tatapan matanya, aku berdiri dan berjalan mengikutinya keluar dari ruangan itu.


OASIS - Half the World Away

AURORA - Half the World Away