Monday, January 4, 2016

Mimpi Itu... [part 7]

Di postingan kali ini, saya akan melanjutkan serial yang sudah saya tulis dari bulan Januari 2014 berjudul 'Mimpi Itu'. Postingan berjudul 'Mimpi Itu' menceritakan mimpi-mimpi absurd yang hadir sebagai bunga tidur saya. Mimpi-mimpi tersebut memang absurd tetapi sesungguhnya terkadang mimpi tersebut mencerminkan apa yang terjadi dengan saya dalam kehidupan nyata.

Kemarin, pukul 4 pagi, saya tertidur setelah puas mendownload drama Korea dan terbangun pukul 6 pagi. Karena pagi begitu indah untuk dijalani dan rasa malas yang menyerang, maka saya kembali tertidur.

Inilah hal yang kemudian saya sesalkan.

Aku menangis. Tangisan dan raunganku sungguh menyesakkan dada dan orang-orang yang melihat kejadian itu.

Tubuhku dipeluk dari belakang oleh Kakek dari keluarga ibuku. Beliau juga hampir menangis, tetapi entah mengapa sepertinya beliau enggan mengikutiku menangis meraung-raung.


Di sisi jalan, terlihat seseorang pria tua yang sepertinya seumuran dengan kakekku. Dialah Papi, kakek dari keluarga ayahku. Beliau tergeletak di jalan dengan banyak darah kental yang segar mengalir dari tubuhnya.


"Papi! Papi! PAPI!!!" raungku. Ini begitu memilukan.


"Kakek, kenapa Papi bisa seperti itu? Kakek, jawab aku!"


Namun Kakek hanya diam sambil tetap memelukku. Wajahnya juga terlihat terluka.


Kemudian banyak orang asing yang datang entah darimana, langsung sibuk mengelilingi jasad Papi sambil berbicara berbisik. Ada beberapa orang yang langsung sibuk memfoto dan beberapa sibuk menelepon, entah menelepon siapa.

Aku masih menangis. Menangis seperti ini sangat melelahkan hingga membuatku tak sadarkan diri dipelukan Kakekku.

Tiba-tiba saya terbangun. Sekujur tubuh saya kaku. Mata saya basah karena air mata. Sungguh, ini merupakan mimpi yang benar-benar menakutkan karena Kakek dan Papi saya sudah meninggal sebelum saya lahir. Jelas saya tidak mengenal mereka tetapi hari ini mereka hadir dan membuat saya menangis di mimpi saya. Mungkin mereka rindu dengan saya karena saya jarang mengunjungi makam mereka. Mungkin saja.

Ya Allah, tolong berikan tempat terbaik untuk mereka di surga. Amin.

Sunday, January 3, 2016

Resolusi 2016

Terkadang manusia terlalu banyak berencana namun pada akhirnya tak ada satupun rencana yang berhasil dilaksanakan. Belajar dari pengalaman itu, pada tahun 2015 yang lalu, saya hanya punya satu resolusi, yaitu traveling.

Terakhir kali saya traveling saat saya duduk dibangku kelas 8 SMP. Saya sekeluarga pergi berlibur ke Bali dan semenjak itu saya tidak pernah traveling kemana-mana lagi. Saya bersyukur resolusi tersebut akhirnya terwujud!

Pada bulan Agustus, saya dan teman-teman dari komunitas Gudang Film, berangkat liburan ke Dieng. Di sana kami mengunjungi tempat-tempat yang menakjubkan dan akhirnya saya bisa merasakan trekking di bukit Sikunir. Kami trekking mulai pukul 3 subuh dan suhu saat itu mecapai 0° celsius!

Walaupun tidak sempat lihat salju tipis di Dieng, saya bahagia karena bisa merasakan dan melihat alam yang benar-benar menakjubkan secara langsung. Alhamdulillah.

Pada bulan September, saya dan beberapa teman dekat saya di kampus berangkat ke Bandung hanya untuk menonton live performance The Trees And The Wild di acara Focal Point 2015.

Memang Bandung dekat dengan Jakarta tetapi baru pertama kalinya saya pergi ke Bandung dengan menaiki kereta api dan selama di Bandung saya dan teman-teman selalu berjalan kaki, pergi kemanapun kaki membawa kami. Ini benar-benar menyenangkan!

Liburan singkat ke Bandung ini benar-benar tanpa persiapan yang matang. Kami langsung berangkat setelah sehari sebelumnya teman saya memesan tiket kereta. Memang terkadang hal-hal tanpa persiapan yang matang bisa menjadi hal yang menyenangkan dan mengasyikan.

Lalu pada bulan November, akhirnya saya liburan singkat ke Singapura bersama sepupu saya, Kak Lian. Selama di sana kami benar-benar bersenang-senang dengan selalu naik MRT dan jalan kaki saat menyelusuri negara Singapura. Kami hanya liburan selama tiga hari dua malam dan sejujurnya saya belum puas mengeksplor Singapura, tapi semoga ini pertanda bahwa saya harus kembali lagi ke negara kecil yang menakjubkan ini.

Jika tahun 2015 saya hanya punya satu resolusi, pada tahun 2016 ini, saya mempunyai dua resolusi. Yang pertama, saya berharap IPK saya membaik di sisa-sisa semester, jadi pada tahun 2017 saya bisa lulus dengan IPK yang memuaskan. Yang kedua, menabung! Saya ini tipe perempuan yang borosnya bukan main, makanya saya perlu menabung untuk investasi di masa depan. Amin.

Saturday, January 2, 2016

Summary 2015

Happy New Year 2016!

Sebelumnya saya mau merangkum apa saja yang terjadi di tahun 2015. Di tahun 2015, saya melalui semester 6 dan semester 7. Jujur, dua semester itu adalah semester terberat yang pernah saya lalui. Di semester 6, saya (yang dipaksa oleh dosen wali) mengambil dua mata kuliah prasyarat Skripsi, yaitu Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan Metode Penelitian Komunikasi (MPK).

Saya mengambil mata kuliah KKL Jurnalistik Media Cetak dan saya sempat menyerah saat mencari tempat KKL karena tidak ada satupun media cetak yang memberikan feedback setelah saya mengirim CV. Namun pada detik terakhir, ada salah satu media cetak harian ekonomi dan bisnis bernama Investor Daily Indonesia yang menerima saya sebagai mahasiswi magang. Woh! Rasanya bahagia sekali! Senang!

Sejujurnya, saya ini bodoh dan tidak terlalu paham soal ekonomi dan teman-temannya dan saat magang selama tiga bulan di sana, saya ditaruh dirubrik energi. IYA, RUBRIK ENERGI! Yang jelas saya selalu liputan mengenai batubara, oli, gas, minyak dsb.

Di hari pertama magang, saya langsung diutus untuk liputan rapat DPR Komisi VII. Saya mau tidak mau harus pergi liputan. Itu merupakan pertama kalinya saya liputan sendiri, tanpa bimbingan reporter senior, tanpa ID card dan tanpa surat izin meliput dan sejujurnya, itu juga merupakan hari pertama saya mengunjungi Gedung DPR.

Pada akhirnya saya tidak menulis berita apapun mengenai rapat tersebut karena saya kesasar saat menuju Gedung DPR dan sempat pula kesasar di dalam Gedung DPR dan sialnya ketika saya sudah sampai TKP, rapatnya sudah selesai setengah jam yang lalu. Sial!
Untungnya Mbak Euis, selaku redaktur rubrik energi dan mentor memahami saya.

Walaupun awalnya seperti peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga pula alias sial, saya merasa beruntung sempat magang di surat kabar harian Investor Daily Indonesia karena saat liputan kesekian kalinya, saya bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo.

Walaupun saya harus berdesak-desakan dengan wartawan dan wartawati lainnya saat mewawancarai Presiden Joko Widodo, saya senang! Ini pertama kalinya saya melihat langsung presiden Indonesia dengan mata kepala sendiri. Wuih!

Setelah tiga bulan magang dan setelah menulis 17 berita (tetapi hanya 10 berita yang dimuat), saya kecewa karena hanya mendapatkan nilai rata-rata 6,6. Tapi saya juga gak bisa protes ke mentor saya karena saya jarang liputan dan jarang datang ke kantor dikarenakan waktu magang dan waktu kuliah saya selalu bentrok.

Ini semua karena peraturan kampus yang sudah tidak memperbolehkan mahasiswa dan mahasiswinya KKL saat liburan. Padahal banyak mahasiswa dan mahasiswi serta dosen-dosen pembimbing KKL yang menentang peraturan baru ini, tapi namanya juga kampus tercinta punya keluarga ya kan, jadi mereka tidak menggubris pendapat kami.

Selain peraturan kampus yang menyusahkan, ada pula mata kuliah yang ikut menyulitkan mahasiswa dan mahasiswinya, yaitu MPK. Tugas MPK adalah membuat mini skripsi yang ditulis diatas kertas polio bergaris. IYA! TULIS TANGAN! Sejujurnya, tangan sebelah kanan saya sempat mati rasa setelah menyelesaikan mini skripsi yang ditulis tangan tersebut. Malah karena saking mati rasanya, selama dua hari saya harus ngetik apapun dengan tangan sebelah kiri. Duh!

Lagi-lagi seperti peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga pula, saya masih harus survei tentang mini skripsi saya ke daerah Bekasi. Ini semua karena tangan sial ketua kelompok kami, makanya kami harus survei di daerah Bekasi. Saya bolak-balik Depok – Bekasi – Depok – Bekasi – Depok hanya untuk menyebar kuesioner. Untungnya saya dibantu oleh salah satu teman baik saya dari SMA, Intan (fyi, dulu dia tinggal di Depok, tetapi setelah masuk kuliah, dia dan sekeluarga pindah ke Bekasi). Terima kasih banyak Intan! Kalau gak karena kamu, saya gak tau mesti minta tolong ke siapa lagi. Hehehe.

Begitulah kehidupan saya di semester 6 yang lalu.

Lalu saat semester 7, saya (lagi-lagi dipaksa oleh dosen wali) mengambil mata kuliah syarat Skripsi, yaitu mata kuliah Seminar. Padahal banyak mata kuliah penting di tahun ketiga yang belum saya ambil. Saya gak paham lagi dengan pemikiran dosen wali saya. Haduh.

Sejujurnya saat mengerjakan mata kuliah Seminar ini, saya merasa sedikit tenang. Mungkin karena ini satu-satunya mata kuliah penting yang saya ambil di semester ini. Walaupun dosen pembimbing Seminar saya agak gimana gitu, saya enjoy. Semoga saja nilainya bagus yah, soalnya saya mengambil tema yang saya sukai: resensi film.

Di semester ini juga, saya mengambil mata kuliah Produksi Siaran Radio (PSR). Nama radio kami adalah Swift Radio. Nama radio ini terinspirasi dari nama Taylor Swift (kami terpaksa memakai nama itu karena salah satu teman kami di kelompok ini ngefans dengan Taylor Swift :p). Di Swift Radio saya menjabat sebagai penyiar radio. Kami siaran enam kali, tiga kali siaran sebelum UTS dan tiga kali siaran sebelum UAS.

Ada hal menyenangkan saat kami siaran untuk terakhir kalinya. Bang Dedet, dosen PSR memuji suara saya dan menyuruh saya untuk menjadi penyiar radio sesungguhnya. Aduh! Sungguh itu merupakanh hari terbahagia yang pernah saya lalui. Jujur, ini pertama kalinya kemampuan saya dipuji oleh orang lain. Alhamdulillah.

Itulah sebagian besar hal-hal yang saya lalui di tahun 2015. Memang melelahkan tapi semoga semua itu menjadi berkah tersendiri. Sekarang saya hanya berharap bisa melalui tahun 2016 dengan baik. Amin.