Wednesday, September 30, 2015

Bad Friends. Bad Karma.

Saya termasuk orang yang menghargai orang lain, terutama kepada teman, baik itu teman dekat atau teman yang sekedar kenal. Karena saya tahu karma pasti akan selalu mengikuti dan menunggu pembalasan kalau kamu tidak menghargai atau berbuat tidak baik kepada orang lain.

Jujur, saya tipe orang yang tidak terlalu perduli kepada orang lain yang berbuat jahat kepada saya. Tapi hari ini saya merasa sangat kecewa karena ada sejumlah teman saya yang sangat tidak menghargai waktu dan usaha saya.

Kadang lucu sih kenapa saya masih mau berteman dengan orang-orang yang tidak bisa menghargai orang lain. Well, we never know how bad karma working on them. Semoga mereka bisa mendapat pencerahan secepatnya, agar tidak ada orang lain lagi yang merasa kecewa dengan kelakuan mereka. Amin.

Monday, September 28, 2015

Smoking Can Kill Your Life, Slowly.

Smoking is anactivity in which we burn hand-rolled tobacco or marijuana/cannabis and the smoke is inhaled and then exhaled back. In Indonesia, more than 61.4 million smokers smoke every day. Indonesia is the third country with the highest number of active smokers.

Why there are still many people smoking cigarettes when smoking is not good for our health? The answer is simple. In Indonesia, you can find cigarette easily, in supermarkets and even minimarkets. The price of cigarette is very cheap. One pack of cigarettes only costs $1! Well, although it is cheap, cigarettes should be banned because it is not good for our health. It can damage vital organs in the inside body, add more passive smokers because many active smokers smoking in public places and smoking also has an impact on environmental pollution.

The arguments against smoking are well known. Smoking has been shown to be dangerous to our health. Smoking can make you get heart disease, lung cancer and impotence. The initial symptoms of this disease may not show when you are young, but the impacts are when you are old. And if you smoke, you have a higher risk of dying from heart attack or stroke. Also, smoking can lead to bad skin, bad breath and bad-smelling clothes and hair. You’ll look older and ugly because of smoking.

Beside, smoking can add more passive smokers because many active smokers smoke in public places and ignore other people's health. Passive smokers are more susceptible to diseases caused by cigarette smoke. In Indonesia, more than 97 million non-smoker exposed to other people's smoke and 43 million children are exposed to cigarette smoke, including 11.4 million children aged 0-4 years (secondhand smoke). Consequently, more than 200,000 die each year from diseases associated with smoking.

Last but not least, smoking means we also damage the environment. We know that global warming is already happening now, but facts prove that cigarette smoke also have an impact on environmental pollution.

The only thing that really helps a person avoid the problems associated with smoking is staying smoke free. This is not always easy, especially if everyone around you is smoking and offering you cigarettes. In general, we think the world would be a better place without cigarettes and that is why smoking should be banned. However, the decision as to whether to smoke or not should be for each individual to make.

This is my argumentative essay for English Literature. I like the topic, so I post them here. I hope my lecturer like this essay and will give me good score. Amin. Hahaha.

Monday, September 21, 2015

Take Care, Rino!

Dulu tidak pernah ada pikiran kalau pertemanan kami bisa seintens ini.

Kami bertemu sebagai volunteer di event Jakarta International Film Festival (JiFFest) pada tahun 2013. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 14 Desember 2014, lewat japrian dari Grace, kami kumpul kembali di kedai kopi Sabang 16. Saat itu yang bisa hadir hanya saya, Grace, Fahmy, Kahfi dan Rino. Kalau tidak salah waktu itu Danu masih menempuh studi S2-nya di London, UK, Vania masih di Belanda karena ikut student exchange program dan Levi sibuk magang di radio.


Awalnya sih masih rada kaku gimana gitu karena pertemuan kami di Sabang 16 itu adalah pertemuan pertama setelah ngevolunteer di JiFFest. Namun setelah pertemuan pertama itu, kami mulai menyusun jadwal untuk berkumpul kembali.


Lalu pada tanggal 18 Desember 2014 saya, Grace, Fahmy, Kahfi dan Rino berkumpul kembali di QQ Kopitiam fX. Tadinya cuma berniat kumpul aja, eh tau-tau kami malah karaokean di Inul Vizta lalu nonton film The Hobbit: The Battle of The Five Armies di Cinemaxx. Sayang waktu itu Kahfi gak bisa hura-hura di karaoke dan bioskop.


Ada hal lucu saat kami berempat karaokean. Grace sengaja pilih lagu Anaconda-nya Nicki Minaj dan ternyata video klipnya super seksi. Alhasil Fahmy dan Rino menonton video klipnya sambil bengong. Ini fail banget asli. :))

Lalu tanggal 6 Januari 2015 (lagi-lagi) saya, Grace, Fahmy dan Rino kumpul kembali di Kota Kasablanka. Makan dan main scrabble di Sunny Side Up, karaoke dan nemenin Fahmy belanja di Carrefour. Kemudian b
ulan Maret 2015, saya, Kahfi dan Vania bertemu untuk menonton film-film pendek di XXI Short Film Film Festival 2015.

Setelah itu kami selalu berkumpul bila ada waktu luang dari kesibukan masing-masing (tentunya kami berkumpul setelah sebelumnya dijapri oleh Grace).


Lalu pada hari Senin, 21 September 2015 saya, Grace, Kahfi, Fahmy dan Danu mengantar kepergian Rino yang akan melanjutkan kuliah di Newcastle, UK. Yeah, akhirnya nambah lagi teman yang (melanjutkan) kuliah di luar negeri. Oh, Rino dapat beasiswa LPDP dan dia mengambil jurusan Marine Transport Management. Lucky him!

Jujur, hari itu merupakan Senin 'terpanjang' yang pernah saya lalui. Senin pagi saya ke kampus untuk mengikuti kelas Penulisan Berita Olahraga dan Budaya (PBOB) dan kelas Seminar. Tapi karena telat, saya tidak masuk kelas PBOB dan malah melipir ke Sekretariat AuviPro. Setelah itu saya malah izin tidak mengikuti kelas Seminar sama Mas Pur. Hawa kampus hari itu benar-benar membuat malas!

Tadinya saya mau langsung ke Terminal Ps. Minggu untuk naik Damri, tapi saya malah istirahat (lagi) di Sekretariat. Lalu tak lama saya baru berangkat ke Terminal Ps. Minggu. Saya sudah yakin kalau saya akan datang duluan dibanding Grace, Kahfi dan Danu yang mengendarai motor dan Fahmy yang mengendarai mobil pribadi.

Dan benar saja, ternyata cuma butuh 1 jam lewat beberapa menit dari Ps. Minggu ke Soekarno–Hatta International Airport. Mungkin karena masih jam 2 siang jadi jalanan tidak terlalu padat. Padahal waktu saya dan Vinny mengantar Cindy naik Damri butuh dua jam kurang dari Ps. Minggu - Soetta (baca disini).

Sesampainya di bandara, saya cuma bisa duduk sambil main smartphone. Lapar dan ngantuk langsung menyerang. Syukurlah tak lama kemudian Grace, Kahfi, Fahmy dan Danu sampai di bandara.

Kedatangan kita ini tidak diketahui Rino, karena sebelumnya di grup Line kita bilang gak bisa datang untuk mengantar karena kesibukan masing-masing. Setelah itu kami diam-diam mendekati Rino dan keluarganya yang sedang duduk. Rino terlihat agak kaget mengetahui kami hadir untuk mengantarnya. Setelah itu kami jajan roti, ngobrol-ngobrol serta foto-foto sampai waktunya Rino untuk naik pesawat.


Pertemuan sebelum Rino pergi ke UK.
Belakang: Fahmy, Grace, Rino, Saya.
Depan: Vania dan Kahfi.

Take care Rino! Cepatlah selesaikan studimu agar dapat kembali lagi ke Indonesia dan main serta kumpul lagi bersama kita. Hahaha.

Saturday, September 12, 2015

Jazzy Nite

Kemarin malam saya dan teman saya, Dhila datang ke acara Jazzy Nite di Cilandak Town Square (Citos) untuk menonton live performance dua band favorit kami: Efek Rumah Kaca dan Payung Teduh.

Sebenarnya saya 'terpaksa' menonton Efek Rumah Kaca di acara ini karena saya tidak bisa menonton konser mereka di Bandung tanggal 18 September nanti. Ini semua karena mata kuliah Seminar yang tidak bisa saya tinggalin walaupun hanya sebentar. Apalagi dosen meminta kami mengumpulkan Bab I minggu depan. Nah lho. Mati deh.

Balik lagi ke acara Jazzy Nite. Kami berdua sampai di Citos sekitar pukul 19.00 WIB. Kami berangkat dari Depok setelah magrib. Aduh, tumben sekali Depok - Cilandak gak sampai sejam. Tumben sekali jalan TB. Simatupang lagi bersahabat.

Dua jam sebelum acara mulai, kami langsung memutari Citos untuk mencari spot enak untuk menonton Efek Rumah Kaca dan Payung Teduh.

Sebelumnya, belajar dari kunjungan pertama saya ke acara ini, saya harus reservasi tempat atau istilah kerennya open table. Kalau kamu gak open table atau nonton berdiri, kamu pasti diusir satpam sampai main lobby Citos dan kamu kesal karena gak bisa lihat band favorit kamu secara langsung dan hanya bisa nonton lewat layar yang sudah disiapkan.

Katanya acara ini gratis! Gimana sih?!

Tidak usah kesal atau marah-marah. Ini namanya strategi marketing. Kalau ada acara keren kayak gini, ya pasti semua restoran di Citos bekerja sama untuk meningkatkan penjualan produk mereka.

Memang harga yang ditetapkan agak keterlaluan untuk kamu yang punya dompet pas-pasan seperti saya ini. Harga yang ditetapkan setiap restoran itu memang bervariasi tetapi harganya harus diatas 200 ribu rupiah. Contohnya Excelso menetapkan harga 550 ribu rupiah untuk empat kepala dan Liberica menetapkan harga 300 - 700 ribu rupiah untuk dua hingga empat kepala.

Mahal? Bukan main. Tetapi untung sekali ada J.CO yang mematok harga 274 ribu rupiah untuk dua kepala dan menurut kami berdua, harga tersebut sudah termasuk 'murah'. Akhirnya kami open table di J.CO.

Kami mendapat selusin JPops, tiga buah JCronut, dua donat gula, dua gelas kopi ukuran medium serta dua mug untuk dibawa pulang.

Setelah open table, saya dan Dhila duduk dan mengobrol sampai acara dimulai. Tetapi sampai Grace Sahertian membuka acara, kami terus mengobrol. Memang susah menjadi perempuan yang senang rumpi. Hahaha.

Lalu dimulailah live performance Efek Rumah Kaca. Saya dan Dhila berhenti berbicara. Saya mulai sing along. Merinding! 

Dan yang paling saya kaget adalah Gerald Situmorang ikut bermain di lagu Sebelah Mata dan Lagu Kesepian! Sebelumnya Efek Rumah Kaca dan Barasuara (bandnya Gerald Situmorang yang dibentuk oleh Iga Massardi -mantan personil band The Trees and The Wild- pada tahun 2012) berkolaborasi di Go Ahead Challenge: Artwarding Night 2015 tanggal 22 Agustus yang lalu.

Dengan kehadiran Gerald, saya makin menyesal tidak datang ke Artwarding Night kemarin. Walaupun Sounds From The Corner (SFTC) sudah merilis video mereka, saya tetap menyesal karena dari yang saya tonton, kolaborasi mereka keren sekali!

By the way, beberapa kali saya tersorot kamera saat sedang sing along dan wajah saya terpampang beberapa detik di layar yang besarnya bukan main. Malu sih, tapi gak apalah. Siapa tau nanti wajah saya masuk KompasTV. Hahaha...

Oh sebelumnya, Jazzy Nite merupakan acara yang diselenggarakan di Cilandak Town Square (Citos) setiap bulan pada hari Jumat minggu pertama dan keempat mulai pukul 21.00 WIB sampai tengah malam.

Acara yang sudah berjalan sejak bulan Juni 2013 ini adalah hasil kolaborasi Citos dan Organic Records yang kemudian ditayangkan di stasiun televisi swasta KompasTV setiap hari Minggu pukul 23.00 WIB. Jadi bagi kamu yang tidak sempat nonton live performance band favorit, bisa nonton re-runnya di KompasTV.

Acara ini selesai pukul 1 pagi. Saya dan Dhila memang senang karena bisa menonton band favorit kami, tapi saya baru ingat ada kelas pagi dan dosennya sedikit menyebalkan. Setelah itu kami langsung buru-buru pulang dan sampai rumah sekitar pukul 2 pagi. Yah, ini sih mending tidak usah tidur sekalian, biar tidak kebablasan.

PS: Apa yang saya tulis di postingan ini semata-mata hanya untuk informasi, bukan untuk menjatuhkan pihak mana pun. Saya menulis sesuai dengan apa yang saya alami dan rasakan. Dan perlu diingat, tulisan ini bukan hasil endorse dari pihak manapun. Terima kasih.