Thursday, April 28, 2016

[Review] Ada Apa Dengan Cinta 2

Salah satu adegan di film AADC 2. (dok. Miles Films/2016)

Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin.
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening.
Kau yang dingin dikenang.

Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu,
jurang antara kebodohan dan keinginanku
memilikimu sekali lagi.

Perjalanan ini dimulai semenjak Rangga, yang memenangkan lomba puisi tahunan sewaktu SMA dulu, menolak untuk diwawancarai oleh Cinta, ketua klub mading saat itu. Tolakan Rangga membuat Cinta penasaran. Dengan nekat, Cinta mengirimkan surat menghina sehingga membuat Rangga geram.

Rasa geram itu meninggalkan sebuah buku berjudul AKU karya Sjuman Djaya di lantai lorong sekolah. Cinta tak langsung mengembalikan buku itu. Cinta membacanya dengan seksama, hingga memfotokopinya untuk koleksi pribadi.

Setelah Cinta puas membaca buku berjudul AKU karya Sjuman Djaya milik Rangga, ia mengembalikannya dengan sepucuk surat bertuliskan, "Rangga, bila emosi mengalahkan logika, terbuktikan banyakan ruginya. Benerkan?"

Rangga yang menerima itu hanya tersenyum. Dia bahagia karena buku langka yang berjudul AKU karya Sjuman Djaya miliknya kembali lagi, dan mungkin juga Rangga bahagia karena Cinta yang mengembalikan bukunya.

Kalau kata Limbong, perjalanan hubungan Rangga dan Cinta macam roman tahun tujuh-puluhan. Berawal dari buku, berlanjutlah ke malam minggu. Tapi Rangga membuat kesalahan yang lumayan fatal saat berjalan bersama Cinta di Kwitang. Ia berkata bahwa Cinta seperti perempuan yang tidak memiliki kepribadian karena selalu mengorbankan kebebasan pribadi demi sesuatu yang kurang prinsipil bersama teman-temannya.

Cinta marah, tetapi dia sempat menengok ke arah Rangga sebelum pergi. Yang artinya, kalau menurut Limbong, Cinta ingin dikejar oleh Rangga. Tapi Rangga enggan mengejar Cinta. Gengsinya terlalu tinggi.

Cinta dan Rangga menjalani perjalanan semasa SMA ini dengan penuh benci tapi rindu yang berujung gengsi. Sesekali Cinta menurunkan gengsinya dengan mendatangi rumah Rangga. Cinta bertemu dengan ayah Rangga, Yusrizal. Cinta memasak bersama Rangga untuk makan malam yang berakhir dengan tidak nyaman karena bom panas yang dilempar oleh para haters Yusrizal.

Dari sini Cinta mengetahui kehidupan keluarga Rangga yang sesungguhnya.

Perjalanan semasa SMA yang manis dan sedikit pahit ini dijalani oleh mereka berdua, hingga pada suatu ketika Rangga harus ikut Yusrizal pergi ke New York. Meninggalkan Cinta dengan keringatnya karena berlarian di bandara demi menghentikan Rangga, kecupan manis dibibirnya, dan dengan janji akan kembali ke pelukan Cinta dalam satu purnama.

Empatbelas tahun kemudian, pertemanan Cinta dengan Maura, Milly, dan Karmen masih sama seperti dulu. Cinta juga sudah bertunangan, tetapi bukan dengan Rangga. Cinta bertunangan dengan pria lain. Pria yang mapan, tipikal family guy dan suami idaman setiap perempuan di muka bumi.


Kenapa begitu?


Kemana Rangga?


Mana janjinya yang akan kembali dalam satu purnama?




Rangga! (dok. Miles Films/2016)

Awalnya, saat Mira Lesmana mengumumkan akan membuat sekuel Ada Apa Dengan Cinta (AADC), saya langsung geram, sedih, dan takut. Film AADC merupakan film favorit saya sepanjang masa dan menurut saya, AADC sudah ‘sempurna’. 

Kenapa saya geram, sedih, dan takut? Jawabannya karena saya tidak mau kalau sekuelnya nanti malah merusak cerita film pertama, karena melihat yang sudah-sudah kebanyakan sekuel selalu merusak cerita film pertamanya.

Saat pertama kali trailer Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) keluar, saya menontonnya dengan sedikit kecewa. Trailernya saja sudah tak sesuai dengan ekspektasi saya. Trailernya terlalu 'datar' untuk sebuah sekuel sekelas film AADC. Sampai tadi, saat memasuki studio 1 Depok XXI untuk menonton AADC 2 di show paling pagi, saya tidak memasang ekspektasi yang tinggi, karena saya takut kecewa.

Tetapi nyatanya geraman, kesedihan, dan ketakutan yang saya rasakan diawal itu hilang. Ekspektasi saya naik perlahan. Menurut saya, AADC 2 merupakan sekuel terbaik yang pernah dibuat oleh Riri Riza dan Mira Lesmana.

Saya senang dengan alur cerita yang dibuat oleh Mira Lesmana dan Prima Rusdi. Mengingat umur para karakternya sudah lebih dari 30 tahun, alur ceritanya dibuat lebih mature, matang tetapi tetap menarik untuk diikuti. Unsur seninya juga lebih terasa dibandingkan AADC pertama. Bila AADC hanya mengandalkan buku-buku sastra dan puisi, AADC 2 mengandalkan puisi karya Aan Mansyur dan berbagai bentuk seni lainnya, seperti seni instalasinya Eko Nugroho yang begitu artsy, teater boneka Papermoon Puppet Theatre yang begitu indah dilayar bioskop, dan musisi Marzuki Mohammad dengan grup Jogja Hip Hop Foundation yang begitu ciamik.

Geng Cinta di Jogja. (dok. Miles Films/2016)

Ditambah dengan chemistry karakter lama dan beberapa karakter baru yang bercampur dengan baik di film ini. Beberapa karakter lama adalah Cinta (Dian Sastrowardoyo) dengan Rangga (Nicholas Saputra), Karmen (Adinia Wirasti), Maura (Titi Kamal), Milly (Sissy Priscillia), dan Mamet (Dennis Adishwara). Walaupun Ladya Cheryl tidak bisa ikut meramaikan AADC 2 karena alasan pribadi, tak serta merta membuat karakter Alya dihilangkan begitu saja. Walaupun saya agak kaget dengan apa yang terjadi pada karakter Alya di AADC 2, tapi tak apalah. Yang terpenting adalah saya cukup puas karena karakter Alya tetap muncul di AADC 2.
Berbeda dengan AADC pertama, AADC 2 lebih terasa humornya. Mungkin karena adanya karakter Mamet dan Milly yang selalu membuat penonton tertawa karena tingkah laku dan dialog mereka. Sejujurnya saya berharap bisa menangis meraung-raung di bioskop, seperti saat saya menonton AADC pertama. Tapi tak apalah. Saya puas dengan AADC 2.
Semua hal yang hadir di AADC 2 ini sangat cantik dan enak ditonton. Mulai dari sinematografinya, tata artistiknya hingga tata busananya dan make-up para pemainnya. Walaupun beberapa busana dan make-up pemainnya berasal dari sponsor film tersebut, tetapi tetap matching dengan film ini. Apalagi dengan latar Yogyakarta, Jakarta, dan New York sebagai tempat bertemunya Cinta dan Rangga. Bisa dibilang Riri Riza sangat detail saat memproduksi film ini, hingga dapat menutupi kekurangan yang hadir di film ini.


Cinta! (dok. Miles Films/2016)

Mengenai soundtrack, Melly Goeslaw dan Anto Hoed memang sudah cocok mengisinya. Yah, bisa dibilang Melly Goeslaw dan Anto Hoed adalah salah satu 'karakter' penting di AADC. Lagu-lagunya ciamik, sangat pas dengan scene-scene yang ada di AADC 2. Beberapa lagu dari soundtrack AADC pertama di aransemen ulang tetapi tetap enak didengar. Salah satunya adalah lagu berjudul Bimbang yang menjadi catchy saat dibawakan oleh Goodbye Felicia & Stephani Poetri. Tak ketinggalan Ratusan Purnama yang dibawakan Melly Goeslaw featuring Marthino Lio.

Sebagai bocoran, AADC 2 menerima banyak sponsor, jangan kaget kalau sebentar-sebentar terpampang produk dari sponsor. Tapi tenang saja, Riri Riza menyisipkan beberapa produk sponsornya dengan baik, sehingga tidak terlalu menggangu film ini.

Pada akhirnya AADC 2 membuat penonton pecinta AADC pertama bernostalgia dengan baik. Menonton AADC 2 adalah menikmati kelanjutan perjalanan hidup Cinta dan Rangga, bukan akhir dari perjalanan mereka. Well, menurut saya, semua orang pasti sudah tahu bagaimana akhir dari perjalanan hidup Cinta dan Rangga. Ini film romantis komedi lho!

Yah, kalau kata Cinta dan Rangga mah, "It's the journey, not the destination".
Jadi saat menonton AADC 2, lebih baik nikmati saja, tak perlu banyak bertanya kepada teman atau pacar yang duduk di sebelahmu. Kalau kamu merasa tak siap, silahkan tonton dan resapi dulu AADC pertama, baru nonton AADC 2.
By the way, satu hal yang saya dapatkan setelah nonton AADC 2 adalah fakta bahwa Rangga merupakan pria paling smooth se-Jogja, Jakarta, dan New York. Sungguh beruntung pria brengsek yang satu ini. :))
Kadang-kadang, kau pikir, lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang, jika ada seseorang terlanjur menyentuh inti jantungmu, mereka yang datang kemudian hanya menyentuh kemungkinan.

Penggalan puisi berjudul "Tidak Ada New York Hari Ini", "Batas", dan "Frase" dalam blog post ini merupakan karya M. Aan Mansyur berdasarkan bukunya berjudul "Tidak Ada New York Hari Ini" (Gramedia, 2016).

PS: This is my personal and honest review about AADC 2. If you don't like it, just don't read it and close the tab. Thank you and cheers!

2 comments:

  1. Tulisan yang bagus :) Saya juga baru bahas sama temen saya, kalau Rangga ini mainnya alusss banget. Hahaha.. Cuma pas dia dapet 'lampu kuning', Rangga be like "Yak.. Tikungan terakhir.. Tancap!" #abaikansaya

    Aku cuma berharap nantinya akan ada deleted scene atau side story gitu untuk menjelaskan kepada para 'protestan penikungan' bahwa Cinta punya alasan kuat. #berusahakerasbiargaspoiler

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Meicy777! Terima kasih atas komentarnya (iya, sedih banget blog ini jarang ada yang ngomentarin, eh maaf jadi curhat :p). Gak apa kalau sekarang spoiler, filmnya udah balik modal kok :))

      Iya, Rangga memang smooth banget mainnya, sampai membuat Cinta jadi berpaling lagi. AADC 2 memang kurang 'greget' sih. Jatuhnya jadi kayak AADC versi LINE yang muncul beberapa tahun lalu. Banyak teman saya yang gak suka sama endingnya, kata mereka kayak FTV tapi versi mewahnya. Entahlah.

      Iya, saya juga berharap Mirles bakal ngeluarin DVD atau Blu-Ray AADC 2 dengan behind the scene, deleted scene dan side story AADC 2 biar lebih greget. Aminin aja deh. Hahaha.

      Delete